Wednesday 16 March 2016

Doa yang Dibaca Rasul Ketika Hujan Turun

By Unknown | At 15:46 | Label : | 0 Comments

Musim kemarau telah lama berlalu. Kini tiba masanya musim hujan. Ketika musim kemarau, kita suka melafalkan doa minta hujan, bahkan dibarengi dengan shalat istisqa. Seketika musim hujan datang, ternyata guyuran hujan tidak selamanya menguntungkan banyak orang. Terutama bagi orang-orang yang bermukim di daerah rawan banjir.

Dulu pernah terjadi musim kemarau di masa Rasulullah. Kebanyakan orang datang menghampiri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan meminta agar Beliau memohon kepada Allah agar hujan diturunkan.

Tak lama kemudian, hujan lebat pun turun membasahi lingkungan penduduk. Saking kencangnya, rumah-rumah penduduk banyak yang hancur, pepohanan berjatuhan, dan binatang ternak pun ikut menderita. Melihat malapetaka ini, mereka mengadu kepada Rasul agar hujan musibah itu segera dihentikan.

Atas dasar permintaan ini, Nabi berdo’a, “Allâhumma hawâlainâ wa lâ ’alainâ (Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami),” HR Bukhari.

Hadis riwayat lain al-Bukhari menyebutkan bahwa:

إن النبي - صلى الله عليه وسلم- كان إذا رأى المطر قال اللهم صيبا نافعا

“Sesungguhnya Nabi SAW ketika melihat hujan berdo’a: Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat.”

Hadits ini menunjukan bahwa ketika hujan turun, Nabi SAW senantiasa meminta agar hujan yang diturunkan Allah SWT menjadi hujan rahmat, hujan yang membawa berkah,  bukan hujan musibah. Do’a ini dibaca Nabi kisaran dua atau tiga kali berdasarkan riwayat yang disampaikan Ibnu Majah.

Di saat musim hujan seperti sekarang ini, do’a di atas penting untuk kita baca. Semoga hujan musim hujan kali ini membawa kemaslahatan bagi kita bersama. Wallâhu a’lam

(Hengki Ferdiansyah)
ref: http://www.nu.or.id/

Ingin Terus Dapat Pahala, Lakukan Hal Kecil Ini!

By Unknown | At 15:44 | Label : | 0 Comments

Ketika kebutuhan hidup manusia terpenuhi oleh alam, manusia tidak perlu susah-susah membuat dan mengolah makanan. Manusia cukup mengambil dari alam karena alam banyak menyediakan kebutuhan manusia, terutama makanan. Makanan itu antara lain buah-buahan dan binatang buruan.

Kehidupan awal manusia sangat tergantung dari alam. Ketika alam sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup manusia, yang disebabkan populasi manusia bertambah dan sumber daya alam berkurang, maka manusia mulai memikirkan bagaimana dapat menghasilkan makanan.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
مَنْ غَرَسَ غَرْساً، لَمْ يَأْكُلْ مِنْهُ آدَمِيٌّ، وَلاَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ، إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
 
Artinya: “Siapa yang menanam tumbuh-tumbuhan, kemudian dimakan anak Adam (manusia) atau makhluk Allah lainnya, niscaya baginya (pahala) sedekah “ (HR. Muslim)

Sabda tersebut menggerakkan para sahabat Nabi untuk melakukan penghijauan. Diceritakan, Abu Dardaradliyallahu ‘anhu pernah menanam pohon zaitun ketika usianya sudah senja. Padahal, untuk menghasilkan buah pohon tersebut membutuhkan waktu cukup lama.

Abu Darda pun ditegur seseorang perihal kegiatannya ini. “Kenapa Engkau menanam pohon zaitun, padahal pohon tersebut lama berbuah sementara usiamu sudah tua, wahai Abu Darda?” 

“Tidak menjadi persoalan pohon yang saya tanam berbuah ketika saya sudah meninggal, tapi nanti yang menikmati anak cucu saya,” jelas Abu Darda.

Abu Darda pun melanjutkan penjelasannya,  “Anak cucu saya akan mendoakan, dan doanya sampai ke kuburan saya.” (Ahmad Rosyidi)

(Disarikan dari kitab Ahubbuhum Anfa’uhum karya Dr.  Imad Ali Abd Abdusam’i Husani) 

Tiga Argumen Mengapa Abu Hurairah Terbanyak Meriwayatkan Hadits

By Unknown | At 15:38 | Label : | 0 Comments

Dalam Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah, Khalid Muhammad Khalid ketika menarasikan biografinya Abu Hurairah, tidak ketinggalan pula menelusuri rahasia di balik kelebihan Abu Hurairah dalam meriwayatkan hadits dari Rasulullah ketimbang sahabat-sahab lainnya dalam sisi produktivitas meriwayatkan hadits.
Sahabat Nabi yang masuk Islam pada tahun ketujuh setelah Hijrah ini memang dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Padahal terhitung sejak Abu Hurairah berbaiat masuk Islam di hadapan Nabi sampai wafatnya hanya menjumpai waktu kurang lebih empat tahun. Artinya dapat dikatakan Abu Hurairah bukan termasuk golongan sahabat yang masuk Islam pada periode awal. Tapi kenapa sebagai mukharrij awwal (perawi pertama) Abu Hurairah secara kuantitatif (jumlah) hadits yang diriwayatkannya lebih banyak melebihi para sahabat lain yang notabene jauh lebih lama menjumpai dan mendampingi Nabi.
Ternyata sebagai sahabat yang masuk Islamnya tidak pada periode awal Islam, dia menyadari bahwa dirinya memang termasuk orang yang masuk Islam belakangan. Kenyataan demikian membuat Abu Hurairah bertekad untuk mengejar ketertinggalannya, dengan cara mengikuti Rasul terus-menerus dan secara konsisten mengikuti majelisnya.       
"Ketahuilah bahwa sahabat-sahabatku orang-orang Muhajirin itu sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar. Sedangkan sahabat-sahabatku orang-orang Anshar sibuk dengan tanah pertanian mereka. Sedangkan aku adalah seorang miskin yang paling banyak menyertai majelis Rasulullah, maka aku hadir saat yang lain absen," ujar Abu Hurairah menjelaskan.
Dengan kata lain, meski Abu Hurairah mendampingi dan menjumpai Nabi hanya sekitar empat tahun, tapi dalam tempo yang pendek tersebut dia benar-benar fokus menyertai Nabi. Selama rentang waktu itu, dia tidak memiliki kegiatan sampingan lain semisal berdagang atau bertani. Sementara sebagian sahabat lain, di samping menghadiri majelis Nabi, tapi umumnya juga masih memiliki kesibukan lain.   
Bila kita analogikan pada konteks sekarang pun pernyataan Abu Hurairah di atas masih sangat relevan. Meski sama-sama belajar ilmu agama Islam, apakah hasilnya sama antara anak yang belajar mengikuti pendidikan di Pondok Pesanren secara reguler dengan anak yang cuma belajar di pesantren kilat. Walaupun keduanya sama-sama memperoleh ilmu, namun jelas lulusan yang dihasilkan jauh berbeda.
Begitu pula di pendidikan formal, kendati sama-sama kuliah dan dapat ijazah misalnya, apakah sama antara mahasiswa yang kuliah di kelas reguler dan mengikuti alur akademik sebagaimana mestinya dibandingkan dengan mahasiswa yang mengambil jalur khusus dengan beban belajar yang jauh lebih ringan. Tentu secara mutu dan kualitas alumninya tidak sama.
Hujjah selanjutnya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berbicara kepada para shahabat pada suatu hari, "Siapa yang membentangkan sorbannya hingga selesai pembicaraanku, kemudian ia meraihnya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa yang telah didengarnya dariku," demikin Nabi bersabda.
"Maka kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara padaku, kemudian kuraih kain itu, dan demi Allah tak ada satu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar dari Nabi", terang Abu Hurairah.
Berkah doa Nabi tersebut kepada Abu Hurairah, didukung pula sebelumnya Abu Hurairah secara pembawaan memang sudah mempunyai daya ingat yang kuat dan mahir dalam menghafal.
Dan alasan ketiga adalah adanya kesadaran dan rasa kewajiban pada diri Abu Hurairah untuk menyampaikan apa yang telah diperolehnya dari Rasulullah kepada umat Islam yang belum mengetahuinya. Dalam hal ini Abu Hurairah menyatakan, demi Allah kalau tidaklah karena ada ayat dalam Al-Qur'an yang memerintahkan soal kewajiban ini, niscaya tidak akan kukabarkan kepada kalian sedikitpun. Ayat yang dimaksud adalah:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ (١٥٩)
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah kami nyatakan kepada manusia di dalam kitab mereka. Itulah yang dikutuk oleh allah dan dikituk oleh para pengutuk (Al-Baqarah: 159)
Dengan demikian sebagai kesimpulan, menurut hemat kami, setidaknya ada tiga argumen yang menguatkan sahabat Abu Hurairah  kenapa dia seorang yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah.
Pertama, karena Abu Hurairah meluangkan waktu untuk menyertai Nabi Muhammad jauh lebih banyak daripada para sahabat lainnya.
Kedua, karena ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat doa oleh Rasulullah hingga daya ingatnya menjadi semakin kuat.
Ketiga, ia menceritakan hadits bukan karena ia gemar bercerita, tetapi karena keyakinan bahwa menyebarluaskan hadita-hadits merupakan tanggungjawabnya terhadap agama dan hidupnya. 

(M. Haromain)

Saturday 12 March 2016

Inilah Batasan Sabar

By Unknown | At 16:32 | Label : | 0 Comments

Di antara sifat yang paling mulia dan utama adalah sabar. Keutamaan sifat ini banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, hadits, dan penjelasan para ulama. Menurut Al-Ghazali, setidaknya ada sekitar tujuh puluh lebih keterangan Al-Qur’an terkait sifat keutamaan sabar, anjuran sabar, dan ganjaran yang akan diperoleh orang yang senantiasa menjaga kesabaran.

Waswas, Cara Setan Mengelabui Orang Shalat

By Unknown | At 14:18 | Label : | 0 Comments

Dalam salah satu karya yang berjudul Al-Kasyfu wat Tabyin fi Ghuruuril Khalqi Ajma'in, Abu Hamid Al-Ghazali membongkar macam-macam bentuk keterperdayaan yang dialami manusia saat mereka berusaha mendekatkan diri pada Allah melalui berbagai jalan ibadah. Salah satu dari bentuk ketertipuan manusia yang dikuak dalam risalah tersebut adalah berhinggapnya rasa waswas (keragu-raguan) pada seseorang ketika melaksanakan berbagai ritual ibadah khususnya dalam shalat.
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Pembaca

Copyright © 2016. Wawasan dan Kisah Islami - All Rights Reserved My Free Template by Bamz